Oleh: Sudono Syueb
Bungaku bukan mawar biru
juga bukan Cempaka kelabu
apa lagi Teratai ungu
Bungaku cuma Sekar Petak
Warnanya putih
Sejak dulu
Hingga kini
Yang kutanam
Di atas sepotong tanah surga
Sebagai pusat peradaban
Dan ilmu pengetahuan
Adalah bunga Sekar Petak
Putih warnya
Harum baunya
Anak anak desa
Berjalan dengan telanjang kaki
Baju seadanya
Menuju tanah peradaban
Sekar petak
Yang dirintis Pak Guru Mufti
Dengan riang gembira
Belajar alif ba' ta'
Mengeja a be ce de
Menghitung satu dua tiga
Pak guru Mufti juga mengajari
membaca alam
Nuturi ilmu sangkan paran ing dumadi
Anak anak selalu
Duduk rapi
Depan Pak Guru Mufti
Guru kita sejati
Guru tak bergaji
Gajinya hanya harum bunga Sekar Petak mewangi
Bunga Sekar Petak
yang kita tanam dulu
perlu perawatan karena umurnya sudah tua sekali .....
hampir rapuh
Sekar Petak
Saksi bisu pada anak anak desa Dengok
Yang sekolah telanjang kaki
Tak bersandal
Apa lagi sepatu
Kelingan zaman itu
Ingin rasanya sekolah lagi
Di Sekar Petak
gak pake sandal
baju seadanya
Jarik sisa bunda
Celana lungsuran kakak
Kebaya bekas beli di rombeng
Begitu juga makan minum seadanya
Sering ke sekolah belum makan
Hanya minum di gentong depan rumah orang
Airnya dari sumur
Tanpa dimasak
Bismillah
Rasanya nikmat
Masuk tubuh jadi sehat
Anak anak yang dulu sebagai burung emprit
Yang telanjang kaki kalau sekolah
Pakaian seadanya
Di sepotong tanah surga
Sekar Petak
Kini telah banyak jadi burung Elang
Terbang susuri belantara peradaban se lndonesia
Bahkan manca negara
Sekar Petak Dengok
Sepotong tanah surga
Wakaf dari Haji Ali
Diinisiasi oleh Pak Guru Mufti
Sebagai pusat peradaban dan ilmu pengetahuan yang lslami
1 Komentar
Allaahumma yarham, paman saya Mufti Shalih
BalasHapus