Kisah Bayi Hitam dalam Kardus




Assuaiby com, Sidoarjo - Gadis itu baru berusia 24 tahun, baru saja lulus dan masih mencari tahu hidupnya.

Sedang bayi yg dubuang ortunya itu baru berusia 3 bulan, ditinggalkan di dalam kotak di luar rumah sakit dengan catatan yang berbunyi:

"Maaf. Tolong jaga dia."

Tidak ada yang datang untuk mengklaimnya.

Tidak ada keluarga. 
Tidak ada panggilan. 
Semua diam membisu.

Media sosial menyebutnya "Baby Elia". 

Kebanyakan orang berasumsi dia akan tumbuh dalam panti pengasuhan anak.

Ternyata taqdir bicara lain.

Adalah Rachel, gadis yg tidak pernah berencana menjadi seorang ibu. 
Dia hanya menjadi sukarelawan anak-anak di rumah sakit.

Namun saat dia menjemputnya, jari -jarinya yang mungil meneluknya dg erat—

Begitu juga hatinya.

Badan adopsi mengatakan dia terlalu muda. 
Masih lajang. 
Terlalu tidak berpengalaman.

Rachel menjawab:

"Saya tidak punya suami. Saya tidak punya kekayaan.
Tapi aku punya cinta. Dan itulah yang dia butuhkan. "
Maka, Rachel menjadi ibu Elia.

Kulit pucat dan ikal gelapnya bayi itu melirik.

Rachel mendengar bisikan:

“Apakah dia bahkan miliknya?”

"Dia tidak akan bertahan setahun."

"Suatu hari, dia akan membencinya."

Tetapi mereka tidak melihat bagaimana Rachel memeluk bayi itu ketika Petir mengguncang langit.

Atau bagaimana dia mengerjakan tiga pekerjaan hanya untuk membayar pelajaran pianonya.

Atau air mata di matanya ketika  akhirnya bayi itu memanggilnya "ibu."

Rachel membesarkannya dengan keberanian, cerita pengantar tidur, dan cinta yang tidak pernah goyah.

Tahun-tahun berlalu.

Elia tumbuh menjadi pemuda yang tinggi, baik, dan cemerlang.

Pada usia 18, ia diterima di Harvard - dengan beasiswa penuh.

Saat makan malam kelulusannya, dia berdiri di depan kerumunan dan berkata:

“Orang -orang selalu bertanya di mana ibu saya yang sebenarnya.
Yang benar adalah - dia ada di sini.
Wanita yang memilih saya ketika tidak ada orang lain. Yang memberi saya nama, rumah, dan masa depan. Dia mungkin tidak memberi saya hidup ...Tapi dia memberi saya kesempatan untuk menjalaninya."

Penonton menangis.

Rachel menangis.

Dan Elia bersandar pada bahu Rachel dan berbisik lembut:

"Kamu masih memegang tanganku, Bu.
Dan saya tidak akan pernah melepaskannya. "

Admin: Sudono Syueb

0 Komentar