Jalan Panjang Dakwah: Rakorwil Dewan Dakwah Jatim 2025

Jalan Panjang Dakwah: Rakorwil Dewan Dakwah Jatim 2025

Oleh: Muhammad Hidayatulloh, Ketua Bidang PSQ DDII Jatim

Assuaiby.com, Mojokerto – Jalan dakwah itu ibarat pelita yang tak boleh padam, meski angin zaman terus berhembus kencang. Di tengah gelombang perubahan sosial, budaya, hingga ideologi yang kian deras, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Provinsi Jawa Timur kembali menyalakan bara semangat dalam Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil), 13–14 September 2025, di Hotel Arrayana Trawas, Mojokerto.

Dengan mengusung tema “Membangun Sinergi Dakwah yang Adaptif dan Solutif”, Rakorwil ini menjadi arena pertemuan hati dan pikiran para pejuang dakwah dari berbagai kabupaten/kota. Seakan para lentera itu dikumpulkan, lalu disinergikan cahayanya agar semakin terang menerangi bumi Jawa Timur.

Spirit dari Ketua Dewan Dakwah Jatim

Dalam sambutan yang penuh keteduhan, Ketua Dewan Dakwah Jatim, Dr. KH. Fathur Rohman, mengingatkan bahwa dakwah bukan sekadar agenda organisasi, melainkan jalan hidup. Jalan ini panjang, penuh ujian, namun mulia di sisi Allah.

“Kita harus yakin, jalan dakwah adalah jalan hidup kita. Ini bukan sekadar aktivitas, melainkan misi suci. Allah berfirman:

 ومن احسن قولا ممن دعا إلى الله وعمل صالحا وقال إنني من المسلمين
 
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, beramal shalih, dan berkata aku termasuk orang muslim.”

Pesan itu menggema, seolah meneguhkan kembali bahwa dakwah adalah napas dan denyut nadi, bukan sekadar program kerja.

Pesan Strategis dari Pusat

Hari kedua, suasana Rakorwil semakin hidup dengan hadirnya Ketua Dewan Dakwah Pusat, Dr. Adian Husaini. Beliau mengibaratkan dakwah sebagai pagar bangsa. Jika pagar ini rapuh, generasi akan mudah terhempas oleh arus ideologi yang menyesatkan.

Dr. Adian mengangkat sosok Buya Mohammad Natsir – seorang negarawan yang bukan hanya pemimpin politik, melainkan juga pemimpin moral dan ruhani. Beliau adalah arsitek Mosi Integral, perekat yang mengembalikan Indonesia ke bentuk NKRI ketika bangsa ini hampir tercerai-berai.

> “Generasi muda, khususnya Generasi Z, harus mengenal Buya Natsir. Beliau negarawan yang pada dirinya tercermin kelima sila Pancasila, mulai sila pertama sampai sila kelima. Sosok yang religius, humanis, demokratis, adil, dan berpihak pada rakyat. Di saat ada kelompok yang mengusung Tan Malaka dan ideologi komunisme, kita wajib mengangkat tokoh yang menjaga bangsa ini dengan keikhlasan dan cinta yang tulus,” tegas Dr. Adian.

Namun di balik itu, beliau juga memberi peringatan: generasi kita kini sedang diarahkan hanya untuk mencari pekerjaan dan uang, sementara yang bersedia mengabdi sepenuh hati di jalan dakwah sangat minim. Seakan dunia sedang mendidik anak-anak muda untuk menjadi karyawan, bukan dai. Padahal, umat sangat merindukan dai yang mencerahkan, bukan sekadar pekerja yang mengejar materi.

Cahaya yang Tak Boleh Padam

Rakorwil ini bukan sekadar forum laporan atau koordinasi, melainkan ibarat majelis syura yang menghidupkan kembali bara semangat dakwah. Dari Mojokerto, obor itu dinyalakan, lalu akan dibawa pulang ke seluruh kabupaten/kota se-Jawa Timur.

Harapannya, sinergi dakwah ini bisa menjawab tantangan zaman dengan cara yang adaptif, namun tetap kokoh pada prinsip. Dakwah bukan sekadar reaksi, melainkan solusi. Dakwah bukan sekadar retorika, melainkan jalan hidup yang siap ditempuh hingga akhir.

Adnin: Sudono Syueb

Dakwah adalah perahu. Anginnya bisa kencang, gelombangnya bisa tinggi, tapi selama layar keikhlasan dikembangkan dan nahkodanya bertawakal kepada Allah, perahu ini akan terus berlayar menuju pantai kemenangan.

0 Komentar