MELIK NGGENDONG LALI (SERAKAH MEMBAWA LUPA)
Oleh: Sudono Syueb
"Melik nggendong lali" adalah sebuah peribahasa Jawa yang secara harfiah berarti "serakah membawa lupa".
Secara kiasan, peribahasa ini menggambarkan seseorang yang memiliki keinginan kuat untuk memiliki sesuatu (melik) hingga berlebihan, yang pada akhirnya membuatnya lupa diri dan mengabaikan norma, aturan, serta etika.
Penjelasan lebih rinci:
Melik: Dalam bahasa Jawa, "melik" berarti keinginan yang kuat, bahkan bisa dikatakan berlebihan, untuk memiliki atau menguasai sesuatu.
Nggendong: "Nggendong" berarti menggendong atau membawa sesuatu di punggung atau pinggang.
Lali: "Lali" berarti lupa.
Jadi, "melik nggendong lali" secara keseluruhan menggambarkan seseorang yang karena terlalu fokus pada keinginan memiliki sesuatu, sampai-sampai lupa akan hal-hal lain yang seharusnya diperhatikan, seperti aturan, norma, dan kewajiban.
Contoh:
Seseorang yang terlalu ingin memiliki jabatan tinggi mungkin akan melakukan segala cara, bahkan yang tidak etis, untuk mencapai tujuannya. Dalam kasus ini, keinginan untuk memiliki jabatan (melik) membuatnya lupa akan nilai-nilai moral dan etika (lali).
[3/8 18:31] sudonosyueb: Ayat Al-Quran yang secara spesifik membahas tentang serakah dan ketamakan, serta dampaknya, dapat ditemukan dalam beberapa surat.
Beberapa ayat yang relevan antara lain:
Surat Al-Baqarah ayat 96:
Ayat ini menjelaskan bahwa manusia, terutama Yahudi, sangat tamak terhadap kehidupan dunia dan ingin hidup kekal di dalamnya, bahkan lebih tamak dari orang musyrik.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَلَتَجِدَنَّهُمْ اَحْرَصَ النَّا سِ عَلٰى حَيٰوةٍ ۛ وَ مِنَ الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْا ۛ يَوَدُّ اَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ اَ لْفَ سَنَةٍ ۚ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهٖ مِنَ الْعَذَا بِ اَنْ يُّعَمَّرَ ۗ وَا للّٰهُ بَصِيْرٌ بِۢمَا يَعْمَلُوْنَ
"Dan sungguh, engkau (Muhammad) akan mendapati mereka (orang-orang Yahudi), manusia yang paling tamak akan kehidupan (dunia), bahkan (lebih tamak) dari orang-orang musyrik. Masing-masing dari mereka ingin diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu tidak akan menjauhkan mereka dari azab. Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 96)
Surat Al-Hasyr ayat 9:
Ayat ini menyebutkan bahwa orang-orang Anshar lebih mengutamakan orang Muhajirin daripada diri mereka sendiri, meskipun mereka sendiri dalam keadaan kekurangan. Ini menunjukkan bahwa keserakahan adalah sifat yang tercela.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَا لَّذِيْنَ تَبَوَّؤُ الدَّا رَ وَا لْاِ يْمَا نَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّوْنَ مَنْ هَا جَرَ اِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُوْنَ فِيْ صُدُوْرِهِمْ حَا جَةً مِّمَّاۤ اُوْتُوْا وَيُـؤْثِرُوْنَ عَلٰۤى اَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَا نَ بِهِمْ خَصَا صَةٌ ۗ وَمَنْ يُّوْقَ شُحَّ نَـفْسِهٖ فَاُ ولٰٓئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
"Dan orang-orang (Ansar) yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (Muhajirin) atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung."
(QS. Al-Hasyr 59: Ayat 9)
Surat Al-Isra ayat 27:
Ayat ini melarang perbuatan boros dan berlebihan, yang merupakan salah satu bentuk keserakahan.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اِنَّ الْمُبَذِّرِيْنَ كَا نُوْۤا اِخْوَا نَ الشَّيٰطِيْنِ ۗ وَكَا نَ الشَّيْطٰنُ لِرَبِّهٖ كَفُوْرًا
"Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya."
(QS. Al-Isra' 17: Ayat 27)
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَا بْتَغِ فِيْمَاۤ اٰتٰٮكَ اللّٰهُ الدَّا رَ الْاٰ خِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَ حْسِنْ كَمَاۤ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْـفَسَا دَ فِى الْاَ رْضِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ
"Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan."
(QS. Al-Qasas 28: Ayat 77)
Surat Al-Qashash ayat 77:
Ayat ini mengingatkan manusia untuk tidak melupakan akhirat demi mengejar kesenangan dunia semata.
Selain itu, ada beberapa hadis yang juga menyoroti bahaya6 sifat serakah, seperti hadis yang mengatakan bahwa dua ekor serigala yang lapar yang dilepaskan pada sekawanan kambing tidak lebih berbahaya daripada keserakahan seseorang terhadap harta dan kedudukan.
Sifat serakah dalam Islam dianggap sebagai sifat yang tercela dan dapat membawa dampak negatif bagi individu maupun masyarakat.
Keserakahan dapat mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan dosa, seperti menipu, mencuri, dan melakukan kezaliman. Oleh karena itu, Islam mengajarkan umatnya untuk bersyukur atas nikmat yang telah diberikan, merasa cukup dengan apa yang dimiliki, dan tidak terjerumus dalam keserakahan yang berlebihan.
"Jika anak Adam memiliki dua lembah harta, ia pasti ingin memiliki lembah ketiga. Dan tidak ada yang bisa memenuhi perut anak Adam kecuali tanah (kem...
"Melik nggendong lali" adalah sebuah peribahasa Jawa yang secara harfiah berarti "serakah membawa lupa".
Secara kiasan, peribahasa ini menggambarkan seseorang yang memiliki keinginan kuat untuk memiliki sesuatu (melik) hingga berlebihan, yang pada akhirnya membuatnya lupa diri dan mengabaikan norma, aturan, serta etika.
Penjelasan lebih rinci:
Melik: Dalam bahasa Jawa, "melik" berarti keinginan yang kuat, bahkan bisa dikatakan berlebihan, untuk memiliki atau menguasai sesuatu.
Nggendong: "Nggendong" berarti menggendong atau membawa sesuatu di punggung atau pinggang.
Lali: "Lali" berarti lupa.
Jadi, "melik nggendong lali" secara keseluruhan menggambarkan seseorang yang karena terlalu fokus pada keinginan memiliki sesuatu, sampai-sampai lupa akan hal-hal lain yang seharusnya diperhatikan, seperti aturan, norma, dan kewajiban.
Contoh:
Seseorang yang terlalu ingin memiliki jabatan tinggi mungkin akan melakukan segala cara, bahkan yang tidak etis, untuk mencapai tujuannya. Dalam kasus ini, keinginan untuk memiliki jabatan (melik) membuatnya lupa akan nilai-nilai moral dan etika (lali).
Ayat Al-Quran yang secara spesifik membahas tentang serakah dan ketamakan, serta dampaknya, dapat ditemukan dalam beberapa surat dan ayat.
Beberapa ayat yang relevan antara lain:
Surat Al-Baqarah ayat 96:
Ayat ini menjelaskan bahwa manusia, terutama Yahudi, sangat tamak terhadap kehidupan dunia dan ingin hidup kekal di dalamnya, bahkan lebih tamak dari orang musyrik.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَلَتَجِدَنَّهُمْ اَحْرَصَ النَّا سِ عَلٰى حَيٰوةٍ ۛ وَ مِنَ الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْا ۛ يَوَدُّ اَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ اَ لْفَ سَنَةٍ ۚ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهٖ مِنَ الْعَذَا بِ اَنْ يُّعَمَّرَ ۗ وَا للّٰهُ بَصِيْرٌ بِۢمَا يَعْمَلُوْنَ
"Dan sungguh, engkau (Muhammad) akan mendapati mereka (orang-orang Yahudi), manusia yang paling tamak akan kehidupan (dunia), bahkan (lebih tamak) dari orang-orang musyrik. Masing-masing dari mereka ingin diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu tidak akan menjauhkan mereka dari azab. Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 96)
Surat Al-Hasyr ayat 9:
Ayat ini menyebutkan bahwa orang-orang Anshar lebih mengutamakan orang Muhajirin daripada diri mereka sendiri, meskipun mereka sendiri dalam keadaan kekurangan. Ini menunjukkan bahwa keserakahan adalah sifat yang tercela.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَا لَّذِيْنَ تَبَوَّؤُ الدَّا رَ وَا لْاِ يْمَا نَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّوْنَ مَنْ هَا جَرَ اِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُوْنَ فِيْ صُدُوْرِهِمْ حَا جَةً مِّمَّاۤ اُوْتُوْا وَيُـؤْثِرُوْنَ عَلٰۤى اَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَا نَ بِهِمْ خَصَا صَةٌ ۗ وَمَنْ يُّوْقَ شُحَّ نَـفْسِهٖ فَاُ ولٰٓئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
"Dan orang-orang (Ansar) yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (Muhajirin) atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung."
(QS. Al-Hasyr 59: Ayat 9)
Surat Al-Isra ayat 27:
Ayat ini melarang perbuatan boros dan berlebihan, yang merupakan salah satu bentuk keserakahan.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اِنَّ الْمُبَذِّرِيْنَ كَا نُوْۤا اِخْوَا نَ الشَّيٰطِيْنِ ۗ وَكَا نَ الشَّيْطٰنُ لِرَبِّهٖ كَفُوْرًا
"Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya."
(QS. Al-Isra' 17: Ayat 27)
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَا بْتَغِ فِيْمَاۤ اٰتٰٮكَ اللّٰهُ الدَّا رَ الْاٰ خِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَ حْسِنْ كَمَاۤ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْـفَسَا دَ فِى الْاَ رْضِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ
"Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan."
(QS. Al-Qasas 28: Ayat 77)
Surat Al-Qashash ayat 77:
Ayat ini mengingatkan manusia untuk tidak melupakan akhirat demi mengejar kesenangan dunia semata.
Selain itu, ada beberapa hadis yang juga menyoroti bahaya6 sifat serakah, seperti hadis yang mengatakan bahwa dua ekor serigala yang lapar yang dilepaskan pada sekawanan kambing tidak lebih berbahaya daripada keserakahan seseorang terhadap harta dan kedudukan.
Sifat serakah dalam Islam dianggap sebagai sifat yang tercela dan dapat membawa dampak negatif bagi individu maupun masyarakat.
Keserakahan dapat mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan dosa, seperti menipu, mencuri, dan melakukan kezaliman. Oleh karena itu, Islam mengajarkan umatnya untuk bersyukur atas nikmat yang telah diberikan, merasa cukup dengan apa yang dimiliki, dan tidak terjerumus dalam keserakahan yang berlebihan.
"Jika anak Adam memiliki dua lembah harta, ia pasti ingin memiliki lembah ketiga. Dan tidak ada yang bisa memenuhi perut anak Adam kecuali tanah (kem...
0 Komentar