Ribath: Penjaga Perbatasan Negara

Ribath: Penjaga Perbatasan Negara


Oleh: Sudono Syueb

Assuaiby.com, Sidoarjo - Di setiap negara pasti punya batas-batas negara. Dan batas-batas itu selalu dijaga oleh penduduk dan atau tentara negara tersebut untuk mengamankan negaranya. Mereka dilengkapi dengan senjata tajam, senjata api dan peralatan keamanan yang lain. Dalam lslam aktivitas menjaga perbatasan negara itu disebut Ribath. Orang yang nenjaga perbatasan negara disebut Murabbith. Islam sangat menghargai para pelaku Ribath. Menurut Rasulullah, menjaga perbatasan negara sehari semalam  lebih utama daripada puasa dan shalat malam sebulan penuh berturut-turut. Rasulullah SAW bersabda:

رِباطُ يَومٍ ولَيْلَةٍ خَيْرٌ مِن صِيامِ شَهْرٍ وقِيامِهِ، وإنْ ماتَ جَرَى عليه عَمَلُهُ الذي كانَ يَعْمَلُهُ، وأُجْرِيَ عليه رِزْقُهُ، وأَمِنَ الفَتّانَ.

الراوي : سلمان الفارسي | المحدث : مسلم | المصدر : صحيح مسلم
الصفحة أو الرقم: 1913 | خلاصة حكم المحدث : [صحيح]
التخريج : من أفراد مسلم على البخاري

Ribath (menjaga perbatasan) selama satu hari dan satu malam lebih baik daripada puasa sebulan dan shalat malam sebulan. Jika seseorang meninggal dalam keadaan ribath, maka amalannya yang biasa dia lakukan akan terus mengalir, dan dia akan diberi rezeki terus-menerus, serta dia akan aman dari fitnah (siksaan) kubur."

Rawi: Salman Al-Farisi
Muhaddis: Muslim
Sumber: Shahih Muslim
Halaman/Nomor:1913
Derajat hadis: Shahih
Takhrij: Hadis ini hanya ada dalam di kitab Shahih Muslim tidak ada di Shahih Bukhari

 الخروج للجِهادِ في سَبيلِ اللهِ مِن أعظَمِ الأعمالِ قُرْبةً إلى اللهِ، وهو مِن كَمالِ الإيمانِ وتَمامِه، وبالجهادِ تَرتفِعُ كَلمةُ اللهِ ويُنشَرُ دِينُه، ويُحفَظُ على المسْلِمين وَحْدتُهم وقُوَّتُهم.

Keluar untuk berjihad di jalan Allah adalah salah satu amal yang paling agung dalam mendekatkan diri kepada Allah, dan itu adalah bagian dari kesempurnaan iman dan keseluruhannya. Dengan jihad, kalimat Allah akan ditinggikan, agamanya akan disebarkan, dan kesatuan serta kekuatan umat Islam akan terjaga.

وفي هذا الحديثِ يُخبِرُ رَسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ أنَّ رِباطَ يومٍ وليلةٍ -والمُرابِطُ في سَبيلِ اللهِ تعالَى هو الَّذي يُلازِمُ حُدودَ بِلادِ المُسلِمينَ مع بلادِ الكُفَّارِ لِحراسَتِها، فهو الإقامةُ في الثُّغورِ- وكان ذلكَ في سَبيلِ اللهِ، بِنِيَّةٍ صادقةٍ وإخلاصٍ للهِ سُبحانه؛ كان أجرُ هذه اللَّيلةِ له أفْضَلَ مِن أجرِ التَّنفُّلِ والتَّطوُّعِ بصِيامِ شَهرٍ وقيامِ لَيلِه بالصَّلاةِ، ويُخبِرُ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ أنَّ المُرابطَ في سَبيلِ اللهِ لو ماتَ على تلك الحالِ، كَتَبَ اللهُ له مِنَ ثَوابِ العملِ مِثلَ ما كان يَعمَلُه في حالِ رِباطِه، ويَستمِرُّ ذلك الأجرُ ويَنْمو إلى يومِ القيامةِ،

Dalam hadits ini, Rasulullah SAW memberitakan bahwa ribath (menjaga perbatasan) selama satu hari dan satu malam di jalan Allah, dengan niat yang jujur dan ikhlas semata-mata karena Allah, pahalanya lebih baik daripada pahala puasa sebulan dan shalat malam sebulan.

Rasulullah SAW juga memberitakan bahwa orang yang menjaga perbatasan di jalan Allah, jika dia meninggal dalam keadaan itu, maka Allah akan mencatat baginya pahala amal yang sama seperti yang dia lakukan saat menjaga perbatasan, dan pahala itu akan terus mengalir dan berkembang hingga hari kiamat."
 
 ويُخبِرُ أيضًا أنَّ المُرابطَ إذا ماتَ أُجرِيَ عليه رِزقُه إلى يومِ القيامَةِ، فيُكتَبُ له في كِتابِ حَسناتِه، مع أنَّ الإنسانَ يَنقطِعُ عَملُه بمَوتِه، غيْرَ أنَّ اللهَ سُبحانَه وتَعالَى أجْرى لهذا المرابطِ الأجرَ فضْلًا منه وكَرمًا، فيكونُ عندَ ربِّه منَ الأحياءِ الَّذين يُرزَقون عِندَ ربِّهم، كما قال تعالَى: {وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ} [آل عمران: 169] ، فأَرْواحُهم في حَواصِلِ طَيرٍ خُضرٍ تَأكُلُ مِنَ الجَنَّةِ حيثُ شاءَتْ، فيَطعَمُ مِن طَعامِ الجنَّةِ، ويَشرَبُ مِن شَرابِها.
وأخبَرَ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ أيضًا أنَّ المرابطَ يَأمَنُ الفَتَّانَ، أي: سؤالَ المَلَكين في القَبرِ، أو أنَّ الملَكَينِ لا يَضُرَّانِه، ولا يُزعِجانِه، وقدْ نالَ المُرابِطُ في سَبيلِ اللهِ جميعَ هذا الأجْرَ؛ لِمَا فيه مِنَ تَقديمِ النَّفسِ والمالِ مِن أجْلِ حِفظِ الإسلامِ والمُسلِمينَ.
وفي الحديثِ: بَيانُ فَضلِ الرِّباطِ في سَبيلِ اللهِ عزَّ وجلَّ.

Rasulullah SAW juga memberitakan bahwa orang yang menjaga perbatasan di jalan Allah, jika dia meninggal, maka rezekinya akan terus mengalir hingga hari kiamat, dan akan dicatat sebagai amal baik baginya. Meskipun manusia biasa akan terputus amalnya setelah kematian, namun Allah SWT memberikan karunia dan kemurahan kepada orang yang menjaga perbatasan ini dengan terus mengalirkan pahala baginya.

Maka, orang yang menjaga perbatasan di jalan Allah akan menjadi bagian dari orang-orang yang hidup di sisi Allah dan diberi rezeki di sisi-Nya, sebagaimana firman Allah SWT: 'Dan janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhan mereka dengan mendapat rezeki.' (QS Ali Imran: 169).

Ruh-ruh mereka berada di dalam burung-burung hijau yang makan dari buah-buahan surga di mana saja mereka mau, dan mereka menikmati makanan dan minuman surga.

Rasulullah SAW juga memberitakan bahwa orang yang menjaga perbatasan di jalan Allah akan aman dari fitnah kubur, yaitu pertanyaan malaikat di kubur, atau malaikat tidak akan menyakitinya atau mengganggunya.

Orang yang menjaga perbatasan di jalan Allah mendapatkan semua pahala ini karena dia telah mengorbankan diri dan hartanya untuk menjaga Islam dan umat Islam. Dalam hadits ini, terdapat penjelasan tentang keutamaan menjaga perbatasan di jalan Allah.

0 Komentar