Oleh: Dr. Adian Husaini, Ketua Umum DDII Pusat
Assuaiby.com, Sidoarjo - Perang Badar adalah perang penentuan berjaya atau hancurnya umat Islam ketika itu. Perang itu begitu penting dan strategis. Rasulullah saw menyiapkan pasukan terbaik, strategi dan taktik yang jitu, serta memanjatkan doa yang sangat menyentuh perasaan.
Rasulullah saw menghadap kiblat, kemudian mengangkat kedua tangan dan bermunajat kepada Allah: “Ya Allah penuhilah janji-Mu padaku, ya Allah berilah apa yang telah Engkau janjikan padaku, ya Allah jika pasukan Islam ini hancur, niscaya tak ada lagi orang yang akan beribadah kepada-Mu di muka bumi ini.” (HR Muslim).
Saat itu, Rasulullah saw baru saja meletakkan satu embrio peradaban besar di Madinah. Tapi, kaum kufar ingin menghancurkannya. Jumlah pasukan Islam hanya 313 orang. Pasukan kufar berjumlah lebih dari 1000. Tentu saja, persenjataan mereka jauh lebih banyak.
Allah SWT mengabulkan doa Rasulullah saw. “Sungguh Allah telah menolong kalian dalam perang Badar, padahal kalian (ketika itu) orang-orang yang lemah.” (QS. Ali Imrân:123).
Kondisi umat Islam ketika itu disebut “adzillah”, lemah dan dipandang hina, disepelekan. Tapi, dengan pertolongan Allah, umat Islam akhirnya meraih kemenangan. Rasulullah saw telah melakukan usaha terbaik dan maksimal dalam menghadapi upaya penghancuran Islam dan umatnya.
Kita yakin dengan kebenaran al-Quran. Bahwa, manusia terbaik adalah yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia, serta berguna bagi sesamanya. Aktivitas manusia yang terbaik adalah aktivitas mengajak manusia ke jalan Allah. Inilah aktivitas para utusan Allah, manusia yang paling tinggi derajatnya.
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim!” (QS Fushshilat: 33).
Manusia atau lembaga pendidikan mana saja yang menjalankan aktivitas dakwah adalah manusia dan lembaga yang mulia dan terbaik. ”Kampus Terbaik” adalah kampus yang mendidik mahasiswanya menjadi manusia-manusia terbaik. Yakni, manusia yang sejak awal berkomitmen untuk menjadi pejuang dan orang-orang yang bermanfaat pada sesama.
Di tengah dominasi paham sekularisme-materialisme-kapitalisme, maka kampus yang dianggap unggul adalah yang lulusannya dianggap banyak jadi pejabat atau orang kaya. Di kampus-kampus ini masalah iman, ibadah, akhlak, tidak dijadikan sebagai kriteria utama dalam penerimaan atau kelulusan mahasiswanya.
Kita yakin, peradaban Islam akan bangkit jika lahir satu generasi unggul yang salah satu sifatnya adalah “senantiasa berjuang di jalan Allah” (QS al-Maidah: 54). Imam al-Ghazali dalam Kitab Ihya’ Ulumiddin menyebutkan, hidup dan matinya umat tergantung aktivitas amar ma’ruf nahi munkar.
Dakwah adalah kewajiban umat Islam. Dakwah menentukan jatuh dan bangunnya umat Islam. Jika semangat dakwah hilang dan umat terjebak dalam kesibukan duniawi semata, maka mereka akan menjadi umat yang hina. Dakwah itu wajib dan penting. Karena itulah belajar ilmu dan ketrampilan dakwah perlu sungguh-sungguh; bukan kerja sambilan apalagi diabaikan.
Para tokoh Islam Indonesia, pada tahun 1944 sudah bersepakat mendirikan kampus Islam. Tujuh tahun sebelumnya, 1938, Pak Natsir sudah menulis artikel tentang pentingnya pendirian kampus Islam, yang beliau namakan Sekolah Tinggi Islam (STI). Dan pada 8 Juli 1945, perjuangan itu bisa diwujudkan. Berdirilah STI di Jakarta. Banyak tokoh hadir. Termasuk Bung Karno.
Pak Natsir tidak berhenti sampai di situ. Beliau kemudian memelopori pendirian puluhan kampus Islam lain, seperti UIKA Bogor, UIC Jakarta, Unisba Bandung, UIR Riau, UISU Medan, dan sebagainya. Puluhan ormas dan tokoh Islam pun kemudian mendirikan ratusan bahkan ribuan Perguruan Tinggi Islam.
Itu semua wajib kita syukuri. Tetapi, pada saat yang sama, kita pun menyadari, bahwa hegemoni sekularisme-materialisme-kapitalisme begitu kuat mencengkeram dunia pendidikan kita. Ini tantangan pemikiran dan pendidikan yang wajib diatasi oleh umat Islam dengan cerdas dan bijak. Konferensi Pendidikan Islam tahun 1977 di Kota Mekkah telah melahirkan konsep universitas ideal sebagaimana dirumuskan oleh Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas.
Tahun 1983, UIKA Bogor mengkampanyekan program ISK (Islamisasi Sains dan Kampus). Dan banyak kampus lain yang melakukan program Islamisasi ilmu dan kampus. Jadi, perjuangan ini masih terus berlanjut. Ini perjuangan pada level peradaban. Siapa pun Presiden dan Menterinya, paham-paham sekularisme-materialisme ini tetap menjadi tantangan terberatnya.
Karena itulah, disamping usaha-usaha terbaik, doa yang tulus dan sungguh-sungguh pun terus kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Semoga Allah menolong kita. Amin. (Depok, 6 April 2025).
Admin: Sudono Syueb
0 Komentar